TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Putra Mahkota {3}



Putra Mahkota {3}

0Malam ini, Lim Ming Yu agaknya tak bisa tidur, bagaimana tidak. Dia merasa benar-benar merasa aneh, perutnya kencang dan terasa begitu sakit sekali membuat Lim Ming Yu langsung terbangun dari tidurnya. Bagaimana tidak, dia benar-benar tak menyangka jika dirinya akan merasakan hal yang sangat melelahkan dan menyakitkan ini.     
0

"Kepala Dayang Zhao, bisakah kau di sini? Aku benar-benar membutuhkanmu sekali," kata Lim Ming Yu.     

Zhao Mimi dan Lee Huanran yang sedari tadi ada di depan pintu kamar Lim Ming Yu pun tampak saling pandang, kemudian keduanya langsung masuk dengan mimik wajah terkejut mereka. mereka tampak kaget bukan main saat Lim Ming Yu terus bergerak gelisah sambil mengelus perutnya yang tampak tegang bukan main itu.     

"Selir Lim, apa yang terjadi? apa yang terjadi di sini? Apakah ada yang harus kami lakukan untukmu? Apa yang terjadi Selir Lim?" takut Lee Huanran.     

"Perutku, perutuku benar-benar sakit. Aku tidak tahu kenapa, bayi yang ada di dalam perutku seolah mau keluar. Ini benar-benar menyakitkan, ini benar-benar membuatku sakit bukan main."     

Semua yang ada di sana tampak takut dan bingung bukan main, bagaimana tidak. Mereka belum merasakan dan memiliki pengalaman hamil. Itu adalah hal yang sangat tidak mungkin sama sekali. untuk kemudian, mereka langsung saling pandang dengan mimik wajah takut mereka yang luar biasa itu.     

"Tabib! Tabib istana! Kita harus panggil Tabib istana!" teriak Lee Huanran. dia langsung berlari memanggil Tabib istana dan hal itu berhasil membuat Jiang Kang Hua yang sedang berlatih pedang itu pun menghentikan kegiatannya, dia memandang Lee Huanran dengan tatapan bingung. Kemudian dia langsung berdiri tepat di depan Lee Huanran.     

"Dayang Lee, kau mau ke mana? Kenapa kau begitu gugup dan panik? Apakah ada sesuatu yang terjadi? lekas katakan kepadaku, ada apa? Apa yang terjadi? apakah musuh kembali datang dengan sempurna? Apakah mereka telah melakukan hal yang jahat lagi?"     

"Panglima Jiang diamlah! Dan berhenti menghalangi langkahku, bisakah kau pergi dari hadapannu?" kesal Lee Huanran, bahkan dia sudah tak berbicara secara formal lagi dengan Jiang Kang Hua karena saking kesalnya.     

"Tunggu, siapa kau? Berani-beraninya kau memanggil Panglima kerajaan dengan kata 'kau' dan 'aku' apakah kau telah merasa pantas untuk hal itu?"     

Lee Huanran berdecak, dia hendak pergi tapi lengannya ditarik lagi oleh Jiang Jang Hua sampai dia kembali di hadapajn Jiang Kang Hua secara nyata. dia bingung, benar-benar bingung, bahkan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. semuanya kacau dan Jiang kang Hua adalah pengacau dengan sangat sempurna.     

"Maafkan hamba, Panglima Jiang. Namun hamba harus bertemu dengan Tabib istana segara. Ini adalah keadaan gawat dan hamba tidak punya waktu berbasa-basi dengan Panglima Jiang, jadi hamba mohon biarkan hamba pergi kalau tidak nyawa Selir Lim ada dalam bahaya!"     

Mendengar hal itu, Jiang Kang Hua kaget bukan main. Dia langsung memandang Lee Huanran dengan konsentrasi penuhnya.     

"Apa yang kau bilang? Apa yang terjadi dengan Selir Lim? Katakanlah kepadaku, Dayang Lee?"     

"Perut Selir Lim sakit dan kencang, sepertinya bayi itu akan segera keluar. Calon Putra Mahkota kita akan keluar, calon Raja kita selanjutnya akan keluar, Panglima Jiang! Jadi biarkanlah hamba segera pergi menemui Tabib istana untuk memastikan yang sebenarnya sebab hamba benar-benar sangat panik sekarang!"     

Mendengar hal itu, Jiang Kang Hua langsung menepi, dia mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, seolah dia tidak akan mencampuri urusan dari Lee Huanran lagi.     

Lee Huanran memutar bola matanya jenggah, dia kemudian mendengus melihat hal itu, sambil menggelengkan kepalanya dia pun kembali berlari sekuat tenaga menuju pavilion Tabib istana.     

Sementara itu, Jiang Kang Hua agaknya bahagia setengah mati. Bagaimana tidak, kelahiran dari calon Putra Mahkota adalah titik awal sebuah lembaran baru bagi bangsa iblis. Dia sudah tidak sabar untuk melihat kelahiran dari Putra Mahkota tersebut. Dia tidak peduli meski saat ini masih banyak musuhnya yang akan membuat rusuh, terlebih Cheng Wan Nian sampai detik ini tidak diketahui keberadaannya. Bisa jadi wanita itu telah menyusun sebuah rencana yang lebih jahat untuk menghancurkan istana iblis dengan sangat nyata dan menjadikan dirinya sendiri Ratu yang tak bisa dihindari oleh semua orang yang ada di dunia ini. ya, Jiang Kang Hua yakin tentang itu.     

Kemudian dia pun menoleh, melihat kediaman Li Zheng Xi yang tampak sepi, namun di dalam kediaman itu tampak jelas seluet dari Li Zheng Xi yang tampak sedang menulis karena lilin yang ada di depannya juga beberapa peneranganyang ada di kediaman itu benar-benar tampak nyata. dengan cepat Jiang Kang Hua langsung berjalan menuju kediaman Li Zheng Xi, dia juga harus mengatakan kabar ini kepada Li Zheng Xi agar semuanya menjadi aman dan nyaman. Setidaknya tugasnya sebentar lagi akan berakhir, dan setelah ini dia akan mengarungi hidupnya seperti dulu saat muda, atau malah Jiang kang Hua akan memutuskan untuk menenangkan diri di alam manusia dulu, bertemu dengan gurunya dan mengabdikan dirinya dulu bersama dengan gurunya. Namun perang belum usai, musuh masih mengintai, jadi bagaimana bisa dia akan tetap menjadi sosok yang sangat tenang dan melarikan diri sendirian? Padahal dia sudah berjanji kepada Chen Liao Xuan kalau dia akan melindungi Putra Mahkota dengan sangat sempurna. Ya, dia harus memenuhi janjinuya itu. sebuah misi yang pasti akan dia emban sampai kapan pun juga bahkan sampai habis usianya.     

"Penasihat Li, apakah kau ada di dalam?" suara Jiang Kang Hua terdengar sedeikit nyaring. Seluet Li Zheng Xi tampak menoleh, kemudian tampak menaruh kuas yang sedari tadi ada di tangannya kemudian melangkah keluar dan membuka pintu kediamannya. Sosok yang suka memakai pakaian serba putih itu kini memandang Li Zheng Xi dengan mimik wajah kesalnya, lalu dia pun menguap dengan malas dibalik kipas yang selalu dia bawa.     

"Panglima Jiang, tidakkah kau tahu jam berapa ini sekarang? aku sedang menyusun syair-syair indah dan itu butuh konsentrasi yang sangat lama, bagaimana bisa kau datang dan mengahncurkan semuanya? Apa kau tidak tahu butuh waktu berapa lama sampai semua yang ada di dalam jiwa dan ragaku itu muncul sehingga menjadi syair yang sangat indah?"     

"Kurasa apa yang akan aku katakan ini bahkan lebih penting dari pada syair bodohmu itu, Penasihat Li. Percayalah jika kau mendengar ini mungkin kau akan merasa jika aku adalah Dewa yang sangat memberkatimu."     

"Katakanlah ada apa, jangan membual karena aku tidak mempan dengan bualan bodohmu itu, Panglima Jiang."     

"Selir Lim akan melahirkan,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.